Wanita Paling Beruntung

Malam datang lagi tanpa adanya sang purnama, tubuh Arumi tergeletak di atas kasur. Mata terpejam bayangan itu lagi-lagi datang menghantui Arumi. Sontak ingatan itu datang menghampiri Arumi, seakan tak mau pergi darinya.  Gelap gulita dan sangat berbeda dari malam-malam sebelumnya yang ia rasakan. Kegelisahan yang selalu menghampiri Arumi di tiap hari.

“Sampai saat ini, aku masih bisa merahasiakan semua perkara itu. Semenjak itu aku harus bisa menahan diri untuk tidak jatuh cinta lagi karena sudah berkali-kali lipat rasa traumaku terhadap perkara itu” celoteh Arumi ketika ingatan itu menghampirinya.

Sedih dan resah yang terlihat dari raut muka Arumi. Arumi yang di kenal sebagai wanita yang cantik dan pandai. Namun ternyata mempunyai masa lalu yang kelam. Empat tahun ia berhasil menyembunyikan rahasia masa lalunya itu dengan menahan rasa takut hingga trauma yang membuat ia tidak leluasa dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Malam semakin larut, Arumi berpikir tidak akan berlarut-larut dalam kesedihan. Arumi menghela nafas dan tertidur.

Pagi itu Arumi datang ke kampus lebih pagi dari hari biasanya, karena ada jadwal bimbingan dengan dosen. Arumi kuliah disalah satu universitas kesehatan yang ada di Jakarta, ia masuk di jurusan perawat seperti cita-citanya dahulu yang ingin menjadi perawat.

“Hai Rum, habis ini makan yuk di kantin ?” ajak Rini.

“Hmm boleh, tapi nunggu aku selesai bimbingan ya” jawab Arumi.

“Siap, aku juga hari ini bimbingan kali” lanjut Rini.

Arumi dan Rini sudah berteman lama, sejak mereka masuk kuliah perdana. Hampir tiap hari mereka bareng terus, kebetulan jarak rumah mereka tidak terlalu jauh hanya beda kecamatan saja. Walaupun mereka sudah berteman lama dan sudah menganggap bersaudara. Namun Arumi tidak menceritakan perihal masa lalunya yang kelam itu kepada sahabatnya. Arumi lebih memilih memendam masalah tersebut. Sampai akhirnya Arumi bertemu dengan laki-laki yang mencintainya tanpa mengetahui masa lalunya. Ada rasa penyesalan mendalam di hati Arumi saat kilasan-kilasan bayangan silam itu bermunculan.

“Dreet…dreet.. dreet” telvon Arumi bergetar. Rupanya laki-laki yang mencintainya menelvon, ia bernama Andi. Andi dan Arumi sudah berpacaran selama 1 tahun, niat mereka berdua akan menikah setelah Arumi lulus. Kekhawatiran yang dirasakan Arumi apakah Andi masih menerima ketika mengetahui bahwa dirinya sudah tidak suci lagi.

“Aku ingin ngomong sesuatu” ucap Andi melalu televon.

“Iya, ngomong aja” jawab Arumi.

“Aku dan orang tuaku sudah merencanakan setelah kamu lulus, Aku dan orang tuaku akan ke rumah untuk menemui dan meminta restu ke orang tuamu. Kalo dipikir-pikir sih kita ga perlu lama-lama lagi untuk pacaran. Kamu mau kan hidup bersama denganku selamanya?” Jelas Andi.

“Kamu serius?” jawab Arumi yang merasa kaget serta senang, namun disisi lain ada kebimbangan dalam hatinya.

“Iya, aku serius masa bercanda sih” jawab Andi untuk meyakinkan Arumi.

Setelah bercakap lewat televon Arumi bergegas pulang ke rumah. Kini kekhawatirannya menumpuk dan mulai menyesakkan dadanya dengan bongkahan rasa sedih. Arumi menghela nafas lagi, dan selalu saja, desah itu kian gelisah dari yang sudah-sudah. Rupanya hari sudah mulai senja dan mengeluhkan betapa cepatnya waktu berlalu.

Setelah beberapa kali melaksanakan bimbingan skripsi, akhirnya Arumi dinyatakan lulus. Betapa bahagianya Arumi ketika mendapat kabar bahagia ini, Arumi segera mengabari orang tuanya dan langsung mendaftar wisuda tahun ini. Di saat kebahagiaan itu datang, kesedihan juga ikut datang karena teringat perbincangan via televon dengan Andi kala itu. Akhirnya Arumi memutuskan untuk berbicara jujur ke pada Andi, tentang masa lalunya yang kelam itu. Ketika Arumi menceritakan semua masa lalunya itu, saat itu juga Andi memutuskan mengakhiri kisahnya dengan Arumi. Andi masih kecewa dengan Arumi yang menutupi semua itu selama berpacaran dengannya. Arumi menahan air mata agar tidak menetes, namun yang sekeras mungkin dibendungnya, ternyata tumpah juga bersamaan dengan perasaan getir menyayat. Arumi tetap menerima keputusan Andi, meski harus menahan kesedihan yang mendalam.

Tiga bulan telah dilalui Arumi sejak keputusan yang ia terima. Arumi sudah bekerja sebagai perawat disalah satu Rumah Sakit di Jakarta. Profesinya sebagai perawat yang mengharuskan bertemu dengan dokter-dokter. Tidak disangka bahwa salah satu dokter muda yang ada di Rumah Sakit tersebut ternyata menyimpan hati kepada Arumi. Rupanya dokter muda itu teman kecilnya Arumi ketika di kampung tempat neneknya.

Ketika sedang di luar Rumah Sakit, dokter muda yang bernama Azam memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hatinya ke pada Arumi.

“Arumi, sebenarnya aku sudah menyimpan rasa padamu tapi aku tidak berani mengungkapkannya”. Ungkap Azam.

“Rasa apa ya dok?” tanya Arumi.

“Jangan panggil dokter, kita kan masih di luar Rumah Sakit. Panggil saja nama aku” jelas Azam.

“Kamu mau menikah dengan aku?” lanjut Azam.

“Tapi aku sudah tidak perawan lagi, apa kamu masih mau?” jelas Arumi.

“Aku tidak peduli masa lalu kamu, kita hidup untuk masa depan bukan untuk masa lalu. Aku terima kamu dan masa lalu kamu itu. Kalo kamu menerima aku, besok aku dan orang tuaku datang ke rumah kamu untuk melamar kamu”. Jelas Azam.

Sontak Arumi langsung menangis ketika Azam berbicara seperti itu. Arumi masih tidak menyangka ada seseorang yang mau menerima dia dan masa lalunya yang kelam itu. Arumi langsung menerima Azam untuk jadi pasangannya.

Keesokan harinya Azam dan keluarganya benar datang dan melamar Arumi. Arumi merasakan senang dengan niat baik Azam. Kesedihan Arumi yang selama ini ia rasakan berubah menjadi kebahagiaan yang tak bisa tergantikan oleh apa pun. Kini bintang mulai menampakkan diri dari persembunyiannya selama ini. (Irma-Magang Vokal)