FDJ Gandeng Dinkes dan Kadin Jateng Perangi Corona

Menyikapi santernya isu yang beredar terkait Novel Coronavirus (2019-nCoV) atau Covid19, Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Jawa Tengah gelar forum diskusi untuk membahas tuntas pandemi yang bermula dari Wuhan, Tiongkok tersebut (9/03). Acara yang dinamai Forum Diskusi Jateng (FDJ) itu dihelat untuk pertama kalinya di Kantor Sekretariat DPD RI Provinsi Jawa Tengah, dan dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat—anggota pramuka, aktivis pers mahasiswa, senat mahasiswa, hingga remaja masjid.
Diskusi yang berlangsung selama dua jam tersebut dimotori oleh Wakil Ketua Umum Investasi Kadin Jawa Tengah, Bernardus Arwin, dokter ahli RSUP dr. Kariadi, dr. Baskoro, dan Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah, dr. Yulianto. Dipimpin oleh Wakil Ketua Komite I DPD RI, Abdul Kholik, diskusi berjalan mulus, diramaikan oleh satu-dua pertanyaan dari audiens yang hadir.

Upaya Pemerintah
Dr. Yulianto menyebut bahwasanya pemerintah telah melakukan berbagai upaya, baik untuk mencegah maupun menangani tak hanya virus Corona itu sendiri, namun juga berbagai masalah yang menyertainya. Dalam bidang kesehatan sendiri, dr. Yulianto menyebutkan bahwa ada dua upaya yang telah dilakukan dalam rangka penanganan Covid19, yaitu upaya promotive dan preventive.
Upaya promotif sendiri, menurut dr. Yulianto, meliputi ajakan hidup dan perilaku sehat, cuci tangan, memakai masker bagi orang yang sedang sakit, menutup mulut dengan siku ketika bersin maupun batuk, olahraga, hingga makan-makanan bergizi. Sedangkan, upaya preventif yang telah dilakukan pemerintah antara lain adalah ditutupnya pintu-pintu perbatasan (bandara dan pelabuhan), screening terhadap pendatang, pengecekan dokumen perjalanan, dan berbagai macam pemeriksaan yang ketat.
Dalam usahanya, pemerintah Jawa Tengah melalui Dinkes sendiri mengklaim telah menyiapkan 306 Rumah Sakit dan 881 Puskesmas serta klinik, yang seluruhnya siap menerima pasien terduga (suspect) Covid19. “Semua fasilitas kesehatan (faskes) telah memiliki sarana-prasarana (yang dibutuhkan) meski terbatas. Faskes dengan sarpras lengkap akan dijadikan rujukan; (sejauh ini) ada 10 Rumah Sakit yang sudah memiliki fasilitas lengkap—punya dokter spesialis paru-paru, ruangan isolasi bertekanan negatif, tenaga kesehatan, dan alat pelindung diri,” tambah dr. Yulianto.
Panic buying, atau penimbunan barang-barang kebutuhan yang didasari rasa takut memang sempat, dan masih menjadi masalah besar di masyarakat. Untuk menyikapinya pemerintah pun mulai menghimbau apotek dan pihak-pihak terkait untuk memberlakukan pembatasan pembelian untuk barang-barang tertentu, seperti masker, di mana satu orang hanya dapat membeli maksimal lima lembar masker. Himbauan ini sejalan dengan UU No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan yang pada intinya melarang penyimpanan barang kebutuhan pokok dan/atau barang penting dalam jumlah dan waktu tertentu.
Selain himbauan pembatasan pembelian, Dinkes Jateng juga mengambil upaya lain berupa penguatan Gerakan Masyarakat Sehat (Germas)—cuci tangan, makan makanan bergizi, dan menjga kebersihan serta kesehatan diri, yang diyakini dapat membantuh masyarakat dalam memperkuat imun tubuh, guna mengurangi kemungkinan penularan virus.
Sejalan dengan apa yang telah disampaikan Dinkes sebelumnya, RSUP dr. Kariadi Semarang melalui dr. Baskoro pun menyampaikan bahwa telah disiapkan dua ruang isolasi bertekanan negatif untuk pasien suspect covid19. Untuk mempermudah proses penanganan, pasien suspect covid19 pun dibagi ke dalam dua kategori, yaitu kelompok “orang dalam pemantauan”—orang-orang yang pernah melakukan kontak dengan suspect covid19 dan orang-orang yang memiliki riwayat pergi ke luar negeri.
Menurut dr.Baskoro, biasanya pasien yang tergolong ke dalam kategori pertama ini tidak memiliki keluhan apapun, namun riwayat kontak membuat mereka harus melewati pemeriksaan terlebih dahulu sebelum dapat sepenuhnya dinyatakan bersih dari virus. Kelompok kedua sebagaimana disampaikan pihak RSUP dr. Kariadi adalah kelompok “pasien dengan pengawasan”, yakni orang-orang yang dirawat di ruang isolasi. Pasien yang tergolong ke dalam kelompok ini tidak boleh berbaur dengan pasien yang melakukan rawat jalan, maupun pengunjung secara umum. Pasien dengan pengawasan dirawat oleh petugas dengan pakaian lengkap, dan melewati serangkaian prosedur yang lengkap dan panjang pula.
Pengaruh Pandemi Terhadap Ekonomi
Tak hanya membahas corona dalam lingkup kesehatan saja, FDJ yang digelar pekan lalu itu juga membahas corona dari segi ekonominya pula. Hal ini menurut Abdul Kholik yang hari itu bertindak sebagai moderator, penting untuk dibahas pula, mengingat geliat ekonomi negara tak hanya mempengaruhi mereka yang berkepentingan, namun juga seluruh pihak yang ada.
Bernardus Arwin, Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Jawa Tengah bidang investasi, menyatakan bahwa industri Indonesia saat ini sebagian besar masih ketergantungan produk import. “Hampir 70% (produk kita) import. Sejak kabar pertama tentang corona tersiar, lalu lintas kontainer kita sudah blocked,” terang Bernardus. “Perlu ada solusi (secepatnya) agar para investor pun tidak khawatir akan laju investasi kita,” imbuhnya.
Dalam diskusi tersebut Bernardus juga menambahkan bahwa masih ada peluang bagi kita semua untuk mengoptimalkan idustri lokal, yang tentunya perlu dibarengi oleh dukungan dari pemerintah daerah dan pihak terkait.
P : ADP
E : C