BEM U Ajukan Empat Tuntutan, Dosen: Kita Bicarakan Baik-Baik

Perkuliahan daring yang sudah berjalan lebih dari dua minggu ternyata menimbulkan keresahan bagi mahasiswa. Di antara mereka banyak yang mengeluhkan mengenai pemberian tugas dari dosen yang begitu masif tanpa disertai penjelasan materi hingga kesulitan mendapatkan jaringan internet yang mulus di masing-masing daerah.

Pelbagai polemik tersebut memicu BEM UPGRIS menyediakan survei melalui website bit.ly, untuk menampung keluh kesah mahasiswa selama perkuliahan daring. Survei dilakukan selama tiga hari, terhitung sejak 27 hingga 29 Maret. Berbekal hasil survei tersebut, lalu BEM UPGRIS menggelar forum diskusi mahasiswa melalui Whatsapp grup (29/03) guna membahas keefektifan kuliah daring dari perspektif mahasiswa.

Sebelumnya (28/03) BEM U sudah mengirim surat pemberitahuan kepada Rektor. Surat bernomor 008/A/BEMUPGRIS/III/2020 tersebut berisi permohonan agar rektorat dapat mempertimbangkan masukan dan kendala yang dialami mahasiswa selama perkuliahan daring.

Berdasarkan hasil survei, kendala dalam perkuliahan daring yang dinilai kurang efektif dapat dikategorikan ke dalam tujuh jenis, yakni :

1. Kendala sinyal yang menjadi hambatan mahasiswa dalam mengakses kuliah

daring atau tugas;

2. Fakta di lapangan, yang terjadi bukanlah kuliah online melainkan tugas online;

3. Dosen pembimbing tidak merespon hasil skripsi yang sudah dikirim melalui email;

4. Presensi dilakukan dengan cara mengumpulkan tugas sehingga tugas menumpuk;

5. Penggunaan kuota yang terlalu tinggi;

6. Penggunaan aplikasi yang lebih dari satu; dan

7. Kurangnya penjelasan materi dari dosen kepada mahasiswa.

Survei tersebut menyasar pada mahasiswa UPGRIS yang berjumlah 9.733 mahasiswa, dari tujuh fakultas. Tiap-tiap fakultas, ditargetkan sebanyak 100 mahasiswa akan mengisi. Namun hasil survei tersebut menunjukkan hanya ada 673 suara mahasiswa yang masuk. Dari suara tersebut, 80% mahasiswa merasa bahwa perkuliahan daring kurang efektif, 10% berpendapat perkuliahan daring efektif mengingat sedang diberlakukannya physical distancing, dan 10% tidak merespon survei tersebut.

Bersandarkan hasil survei tersebut, BEM UPGRIS mengeluarkan maklumat berupa pernyataan sikap untuk mewakili seluruh mahasiswa UPGRIS. Berikut maklumat yang terdiri dari empat poin:

Sumber : instagram BEM UPGRIS

http://www.instagram.com/p/B-WFHxpFsWC/?igshid=kq8hbjbrwvc7

Setelah keluarnya pernyataan sikap tersebut, sontak memacu mahasiswa secara serentak untuk membagikan foto tersebut di stories instagram, whatsapp status maupun grup, dan sejenisnya. Maklumat yang digaungkan secara serempak tersebut menimbulkan reaksi dosen yang beragam. Ada dosen yang melihat foto tersebut lalu mengomentarinya dan tak sedikit dari mereka yang meminta untuk menghapusnya.

Seperti yang terjadi pada Vina, mahasiswa progdi Manajemen ketika ia memposting maklumat di Whatsapp story. “Hanya mengingatkan saja kepada mahasiswa agar tidak memposting maklumat yang dikeluarkan dari BEM U. Dosen bilang, bisa dibicarakan baik baik  dengan Pak Rektor”. Selain itu, ia juga menambahkan bahwa ada juga dosen yang menanggapinya dengan santai. “Ada (red. teman lain yang dikomentari), tapi cuma  dikomen ‘uwihh, oke ibuk siap menjelaskan 24 jam kalo ada yang belum jelas’ ” imbuhnya.

Melalui penuturan Deni Makhmud (Menkopolhukam BEM U), saat ini lembaga masih dalam tahap pembahasan untuk mengambil keputusan. Pihaknya akan terus mengawal rektorat terkait kebijakan seperti apa yang akan diputuskan.

“Alhamdulillah sudah ada respon baik dari Bu Suci (Warek I) , dan sudah diproses untuk dirapatkan pihak rektorat” tutur Deni melalui whatsapp, ketika kami menanyakan respon rektorat terhadap maklumat mahasiswa. Rencananya pihak kampus akan mengeluarkan surat resmi yang membahas empat poin dalam maklumat.

Perkuliahan daring memang menjadi alternatif yang sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk melakukan physical distancing dan work from home. Namun dalam realisasinya ternyata memberatkan mahasiswa yakni dari segi ekonomi maupun psikologis. Perbaikan sistem kuliah online tentunya harus dilakukan dengan tempo yang sesingkat-singkatnya. Perlu disadari pula, pelbagai polemik yang muncul tak lahir begitu saja, melainkan karena ada pihak yang dirugikan, baik pengajar ataupun yang diajar.

Penulis : NH/C

Editor  : C