Lima Film yang Bakal Bikin Masa Karantinamu Penuh Cinta

Dua bulan sudah warga Indonesia menjalani karantina mandiri—banyak yang merasa jenuh dengan kegiatan yang itu-itu saja di rumah, banyak pula yang mulai terbiasa dan justru menciptakan kegiatan-kegiatan baru untuk menepis kejenuhan. Bermacam tren pun bermunculan, menemani masa-masa #dirumahaja warganet.

Tetapi, tak semua memiliki niat yang cukup bahkan  hanya untuk sekadar meninggalkan  kasur sekalipun. 24/7 berkutat di kamar, tak melakukan apapun selain scrolling media sosial dan menyelesaikan gunungan  tugas, pun menjadi rutinitas baru bagi kaum mager (re: males gerak) ini. Nah, untuk menemani masa #dirumahaja Vokalis, kali ini aku punya beberapa rekomendasi film bertema romantis, yang relatable banget sama kalian-kalian yang lagi kangen pacar, patah hati, ataupun meratapi kesendirian tak berkesudahan. Langsung aja, cuss!i

  1. Before sunrise (1995)

Film perdana dari Before Trilogy arahan sutradara Richard Linklater ini menjadi salah satu film romantis yang sepertinya haram untuk dilewatkan penggemar film bertema cinta. Berkisah tentang dua orang asing yang bertemu secara kebetulan di suatu gerbong kereta, Before Sunrise dijamin akan membuat kalian yang tiap pekan naik kereta Kaligung jadi sempoyongan, membayangkan pria seperti Jesse (Ethan Hawke), secara

Sumber : Pinterest

kebetulan mengajak kalian kenalan, dan muter-muter di Brebes sehari semalam.

Berdurasi sekitar satu jam 40 menit, Before Sunrise berfokus pada petualangan spontan Jesse  dan Celine (Julie Delphy) selama sehari semalam di Kota Vienna. Film yang terdiri dari banyak dialolg panjang ini, sayangnya, terasa kurang cocok buat kalian yang kurang menikmati percakapan panjang dan berat. Meski demikian, Before Sunrise memang bukanlah film romansa yang hanya  menawarkan kisah cinta menye-menye ala anak ABG. Film yang mendapat skor 8.32 di situs kritik film Rottentomatoes.com ini selain menyajikan banyak dialog-dialog cantik, namun juga kemistri dari 2 pemain utama yang bikin senyum-senyum sendiri, serta pemandangan kota Vienna yang indah dengan camera-work yang cukup memanjakan mata.

“If somebody gave me choice to never see you again or to marry you,I would marry you.”

Skor : 8.8/10

2. La la land (2016)

Cukup dengar nama Ryan Gosling saja, sepertinya sulit rasanya tidak auto membayangkan mata sayunya yang ikonik, serta perawakan awet mudanya yang tak lekang oleh waktu. Sukses dengan The Notebook, 2016 lalu Gosling kembali membintangi sebuah film bertemakan romansa, La La Land. Berperan sebagai Sebastian, aktor yang berusia 40 tahun pada November mendatang itu beradu peran dengan aktris

Sumber : Pinterest
Peraih piala Oscar, Emma Stone, yang berperan sebagai Mia.

La La Land sendiri  berkisah tentang sepasang kekasih yang berusaha mengejar cita-cita masing-masing; Sebastian, seorang pianis Jazz yang ingin memiliki club jazz sendiri, dan Mia, seorang wanita yang berambisi untuk menjadi aktris profesional. Pelbagai macam rintangan semacam Ninja Warrior pun mesti dilewati keduanya, yang tentunya berpengaruh pada hubungan kedua sejoli tersebut.

Disutradarai oleh Damien Chazelle, La La Land menjadi film musikal yang bisa dibilang paling sukses pada tahunnya. Sempat dijagokan dalam Academy Awards 2017, nyatanya film berdurasi 128 menit itu mesti kalah dari Moonlight (2016), dengan sedikit drama salah sebut pada proses pengumumannya. Meski demikian, City of Stars tetap menjadi original soundtrack film yang rasanya sulit lepas dari ingatan siapapun yang telah menonton film tersebut.

Selain  skoring yang ciamik dan easy listening, La La Land juga menyajikan sinematografi yang jempolan, dengan gambar-gambar yang terkesan utopis dan dreamy. Dikemas dengan premis yang sederhana dan relatable, film juara Golden Globes Award ini dijamin bakal membuat kamu-kamu rasanya pengen banget nyanyi Somewhere in The Crowd sambil joged-joged di jalanan Jolotundo.

“someone in the crowd could be the one you need to know.”

8.8/10

3. 500 days of summer (2009)

Dalam ilmu psikologi, ada lima tahap yang harus dilewati seseorang untuk dapat menerima sebuah situasi menyedihkan: denial (penyangkalan), anger (kemarahan), bargaining (penawaran), depression (depresi), dan acceptance (penerimaan).

Sumber : instagram

Lima tahap di atas harus dilewati Tom (Joseph Gordon-Levitt) dalam usahanya mengikhlaskan  sang pujaan hati, Summer Finn (Zooey Deschanel) dalam film arahan Marc Webb, 500 Days of Summer (2009). Diawali dengan curahan hati Tom tentang patah hatinya, film sepanjang 95 menit ini menceritakan tentang perjalanan cinta Tom, seorang penulis kartu ucapan yang beraspirasi untuk menjadi seorang arsitek, dengan kolega kerjanya yang ‘sempurna’, Summer Finn. Summer yang tidak menginginkan  komitmen pun berangsur menjauh, dan meninggalkan Tom dalam kebingungan. Hal ini tak pelak membuat Tom mengingat kembali 500 hari kisah cintanya dengan Summer yang berakhir sedih.

Sederhana, 500 Days of Summer menawarkan cerita yang ringan dengan skoring yang ‘serba pas’ dan membekas di hati. Lagu There is a Light That Never Goes Out milik band indie The Smiths menjadi pengantar perkenalan kedua tokoh utama, yang terasa sangat relatable dengan pasangan-pasangan yang berawal dari kesamaan interes. Ajaibnya, film ini pun dapat menunjukkan, bahwa kesamaan dalam suatu hubungan belum tentu membuat segalanya berjalan sempurna. Sederhana, ringan, dan realistis, 500 Days of Summer menjadi film yang selalu dapat disaksikan ketika patah hati melanda.

“There’s no such thing as love, it’s fantasy.”

8.7/10

4. You’re The Apple of My Eye (2011)

Ko Ching-teng memang tak pandai, tak keren, tak kaya pula. Bagaikan bumi-langit deh kalau disandingkan dengan Shen Chia-yi, siswi unggulan yang dicintai semua orang. Di saat para lelaki mengejar Chia-yi, Ching-teng teguh mengutarakan ketidaktertarikannya dengan si Venus.

Sumber : Pinterest

Suatu kali, Chia-yi lupa membawa buku Bahasa Inggrisnya. Mengetahuinya, Ching-teng pun menyelipkan bukunya ke meja Chia-yi, yang membuatnya lantas dihukum seharian oleh sang guru. Merasa berhutang budi, Chia-yi pun menjadi guru privat Ching-teng hingga prestasinya pun perlahan meningkat. Sayang, saat masa kuliah tiba, keduanya mesti berpisah, di saat Ching-teng pun  belum mengakui perasaannya yang sesungguhnya terhadap Chia-yi.

Ide cerita yang terasa klise, nyatanya tak mengurangi sisi magis dari film komedi-romantis asal Taiwan ini. Kisah cinta remaja yang dibalut dengan humor-humor segar khas dunia perfilman Taiwan memang serasa tak ada matinya. Meski terbilang sederhana secara plot, skoring, maupun teknik pengambilan gambar,  namun entah kenapa film yang mengambil latar Taiwan pada tahun 1994 ini dapat menyisakan kesan tersendiri di hati penontonnya.

Adegan di mana Chia-yi dan Ching-teng berusaha saling menghubungi di tengah hectic-nya gempa 921 di Taiwan menjadi adegan yang cukup mengenang. Aku yang pertama menontonnya pas masih SMP pun termehek-mehek ketika melihat ….. Eh. Gausah diterusin lah ya… spoiler!

“Adolescence is like a heavy rain. Even though you catch a cold from it, you still look forward to experiencing it once again.”

7.7/10

5. Janji joni (2005)

Berbeda dari film-film romantis yang telah di-review sebelumnya, Janji Joni (2005) sebenarnya lebih tepat digolongkan sebagai film bertema petualangan. Kendati begitu, petualangan yang dihadirkan dalam Janji Joni bukanlah semacam petualangan sherina, namun, lebih ke petualangan sang tokoh utama, Joni, dalam menyelesaikan misi mengantarkan rol film demi wanita yang ditemuinya di bioskop.

Sumber : Google

Bekerja sebagai pengantar rol film, sebuah pekerjaan yang kini telah punah, Joni (Nicholas Saputra) suatu kali bertemu dengan seorang wanita (Mariana Renatta) yang tengah bertengkar dengan kekasihnya di bioskop (Surya Saputra). Tertarik, Joni pun mengajaknya berkenalan. Namun, sang wanita yang menaruh minat pada pekerjaan Joni itu pun mengatakan bahwa bila Joni berhasil mengantarkan roll film berikutnya tepat waktu maka ia bersedia untuk memberi tahu Joni namanya. Untuk itu, Joni yang cinta pekerjaannya pun berusaha keras untuk memenuhi tantangan sang wanita idaman, namun menemui berbagai cobaan dalam perjalanannya.

Dikemas dengan apik, film perdana Joko Anwar sebagai seorang sutradara ini menyajikan pengalaman kepada penontonnya untuk tak hanya melihat usaha Joni dalam mendapatkan cinta sang wanita pujaan, tapi juga untuk dapat melihat hal-hal yang selama ini kerap dipandang remeh oleh masyarakat kita: dedikasi terhadap pekerjaan. Menghadirkan lagu-lagu tema yang tergolong ‘visioner’ di zamannya, Janji Joni cukup memberikan angin segar bagi penikmat film kala itu, di mana bioskop sedang ramai dipenuhi oleh film-film horor esek-esek. Hingga kini, film berdurasi 83 menit ini pun masih dpat dinikmati, meskipun latar belakang zaman yang telah berubah. One of the best!

“tempat yang paling cocok untuk ketemu jodoh kau adalah tempat kerja kau sendiri.”

7.5/10

Nah… itu tadi beberapa film romantis yang cocok banget buat nemenin saat-saat asoy kalian di rumah. Selamat mem-bucin

Penulis             : ADP