Negara Kesatuan Republik Influencer

Pemerintah kini rajin mengundang “influencer” masuk ruang istana dengan alasan untuk berdiskusi mengenai isu terkini. Benar, diskusi katanya jika melihat keterangan mereka pada setiap unggahan  yang menampilkan potret dirinya dengan Pak Presiden. Wah keren sekali, mendapat kesempatan bertukar pikiran dengan RI satu. Sebentar, influencer ini diajak diskusi apa lagi dimodusin untuk melancarkan proyek pemerintah ? Diskusi tarif mungkin iya.

Pemerintah nampaknya sering main instagram, jadi tahu betul influencer atau artis mana yang memiliki jutaan pengikut setia. Di saat akademisi, aktivis, buruh, dan mahasiswa menyuarakan penolakan RUU Omnibuslaw disahkan. Mereka dengan semangatnya mengiklankan produk pemerintah tersebut di akun instagram pribadi masing-masing. Melalui hastag #IndonesiaButuhKerja, mereka menarasikan bahwa RUU Cipta Kerja adalah solusi bagi keadaan saat ini, pandemi corona yang menghilangkan pekerjaan masyarakat.

“Gue kasih tau gaes sekarang pemerintah sedang membuat solusinya, yaitu RUU Cipta Kerja” jelas Gritte Agatha, dalam video endorsnya, namun telah dihapus setelah ramai di Twitter. Gue kasih tahu gaes, Gritte Agatha adalah artis yang memiliki pengikut instagram sebanyak 3,1 juta dan rajin buka praktek di Youtubenya dengan subcriber 3,07 juta.

Video dengan tema serupa juga diunggah oleh Cita-Citata, penyanyi dangdut 12 juta pengikut instagram. Sambil memegang laptop bermerk buah apel, ia mengungkapkan bahwa pandemi corona berdampak pada ekonominya. Ia pun menghimbau masyarakat untuk tetap semangat, karena ia telah mendengar pemerintah sedang menyusun undang-undang yang bertujuan untuk menciptakan lebih banyak pekerjaan, RUU Cipta Kerja. Baru mendengar katanya, belum membaca isinya nih guys rupanya, tapi sudah percaya diri menyebutnya solusi.

Pemerintah jeli bahwa pengguna aktif media sosial saat ini terbagi menjadi dua golongan besar, yakni penikmat musik dangdut dan indie. Untuk itu pemerintah sangat tepat memilih Inul Daratista, Cita-citata, dan Siti Badriah Lagi Syantik sebagai modelnya. Mba Inul rasanya sudah benar main tiktok saja dengan Mas Adam, jika ingin menghibur kami yang di bawah karena kehilangan pekerjaan. Buat Siti Badriah, yang menyuruh masyarakat tetap bersyukur dan jangan khawatir sebab masalah lapangan pekerjaan solusinya sedang digodok pemerintah, sudah cek ricek dulu?

Kalau temen-temen semua update dengan perkembangan berita yang ada, pasti kamu sudah tau kalau pemerintah lagi meracik undang-undang yang namanya RUU Cipta Kerja (Siti Badriah, 2020).

Kalau kamu juga sudah update, dan tahu apa dampak RUU yang kamu dukung terhadap para pekerja perempuan, apa masih mau disuruh pemerintah bikin video seperti itu? Di genre indie, sudah tentu ada fakboi berbalut softboy dambaan sejuta perempuan, Ardito Pramono. Teruntuk para fansnya, termasuk saya, mari mengheningkan cipta sejenak. Berdoa saja semoga si Kale gak ikut-ikutan juga.

Selain kedua golongan tersebut yang menjadi sasaran, pemerintah juga memasukkan fans Gempi sebagai target. Jika dijumlahkan, pengikut Papa Gading dan Mama Isel di instagram, hampir mencapai 50 juta. Lebih menguntungkan, daripada sosialisasi RUU Ciptakerja di akun pemerintah sendiri. Saya sedikit terkejut, Goffar Hilman, yang selama ini menampilkan citra “punk” juga ikut main. Namun setelah hal ini jadi perbincangan hangat di Twitter, ia buru-buru klarifikasi bahwa dari presentasi dan brief tawaran pekerjaan yang ia dapat tersebut tidak mencantumkan RUU apapun. Ternyata pemimpin persekutuan duniawi ini bisa juga ya dibohongi. Kalau saya jadi Bang Gofar, lebih baik pergi jauh saja daripada dibohongi.

Saya gak habis pikir terhadap mereka yang menyambut gembira adanya RUU Cipta Kerja. Apalagi sambutan yang datang dari kalangan artis/influencer, yang belum pernah merasakan jadi buruh pabrik. Mereka seolah sudah yakin bahwa itu adalah solusi paling mutakhir. Memang hak pribadi mereka untuk menyatakan setuju atau tidak setuju dengan adanya RUU Cipta Kerja. Mereka sudah tentu hanya akan merasakan sedikit dampaknya, atau bahkan menjadi yang diuntungkan. Tetapi sangat disayangkan jika mereka mendukung hanya karena disuruh, tanpa tahu konteksnya yang secara mendalam.

Dengan nada gembira, bersetting rumah mewah nan nyaman, mereka mengajak para pengikut untuk menyatakan dukungan terhadap RUU yang jelas nantinya merugikan pengikutnya. Mereka menuntut jangan berputus asa pada keadaan, tetapi mereka sendiri yang sebenarnya meruntuhkan asa. Unggahan mereka yang membujuk bisa saja membuat para pengikut yang tidak tahu apapun terpengaruh.

Tindakan terang-terangan pemerintah memakai jasa influencer untuk produk mereka, sudah dapat dipastikan RUU tersebut hanya menguntungkan kalangan atas. RUU Cipta Kerja jelas diprotes banyak masyarakat, tapi pemerintah ingin mendulang dukungan. Apa pemilik modal yang merangkap pejabat politik sudah sedemikian tidak sabarnya ingin menerima suntikan investasi asing, sehingga meminta bantuan influencer?

Penulis   : C

Editor     : C