Novel Habis Kontrak

https://ebooks.gramedia.com/id/buku/janji-di-tepi-laut-kaspia

Cerita dalam sebuah novel adalah hal yang paling penting dari unsur-unsur lain yang membangun sebuah karya novel. Hampir semua penulis novel dapat menyajikan cerita menarik yang dapat menyihir pembaca untuk terus menyibukkan mata. Pandangannya hinggap ke sana ke mari menyusuri setiap susunan kata yang terangkai apik. Hingga banyak pembaca yang lupa waktu karena begitu tertariknya dengan cerita yang disajikan seorang penulis. Seperti pertunjukan idola di atas panggung, yang para penggemar rela lelah berdiri dan berhujan-hujan hanya untuk melihat sang idola menyanyi. Bahkan mereka dapat melihatnya melalui siaran televisi atau siaran langsung youtube.
Janji di Tepi Laut Kaspia karya Dewi Sumardi menyajikan kisah romansa yang berlatar di Azerbaijan, sebuah negeri yang menurutnya tidak banyak dikenal oleh orang Indonesia. Kisah-kisah yang sajikan dalam novel ini cukup unik, kisah romansa yang menceritakan tentang keluarga bahagia. Kisah yang diawali dengan perjodohan yang tidak pernah diinginkan hingga menjadi pernikahan yang selalu dirindukan.
Damar sebagai tokoh utama, mengalami kebimbangan dalam percintaan. Cinta pertama yang terlalu dalam membuatnya terjebak masa lalu membuatnya enggan menerima istri pilihan orangtuanya yang tulus menyayangi dirinya. Damar sang tokoh utama dalam novel ini, memiliki pekerjaan yang mengharuskan dia dan keluarganya tinggal di negeri asing. Meski demikian, seperti itu lah yang diinginkan oleh Damar, dari dulu Damar bercita-cita bisa berkeliling dunia dan menetap di tempat yang nyaman di salah satu negara. Dewi mengukir kisah seorang yang kurang teguh dalam pendirian yang membuatnya menyesali kelakuannya di kemudian hari. Karakternya yang tidak bisa tegas dalam melontarkan penolakan terhadap wanita menjadikannya kartu AS Dewi dalam menggarap novel ini.
Sebagai novel yang berlatar belakang di negeri yang tidak banyak kunjungi orang, khususnya orang-orang Indonesia. Sudah seharusnya Dewi menggambarkan dengan detail seperti apa situasi di sana. Penjelasan Dewi dikemas dalam liburan yang dilakukan oleh wayang-wayang ciptaannya. Dimulai dari liburan Fandy dan adiknya Martina, hingga liburan keluarga si tokoh utama, Damar. Dewi mencoba membagi suasana kota Baku dan Ganca kepada pembaca melalui penjelasan yang dibungkus dalam kegiatan tour keliling kota.
Dewi terlalu banyak berkutat dalam deskripsi latar cerita dalam novel itu, penjelasan detail tempat yang dikunjungi, makanan yang mereka santap hingga adegan keseruan mereka di tempat-tempat wisata Azerbaijan. Dewi memoles adegan liburan Fandy dan adiknya ke Baku dengan sangat rapi, juga terdapat jalan cerita yang cukup detail di sana sehingga pembaca dapat memahami alur yang dituntunkan Dewi. Tidak hanya sekali, Dewi memasukkan dua kali ritme itu dalam novelnya kali ini, dua kali liburan yang menjelaskan latar tempat.
Liburan pertama adalah liburan sahabatnya dari Indonesia yang mengajak serta adiknya, Fandy dan Martina. Dengan cerita mengunjungi Damar yang hidup di negeri penghasil minyak terbesar. Di dalam liburan Fandy dan Martina, Dewi menceritakan cukup banyak tempat-tempat menawan di negeri Azerbaijan. Juga tidak lupa menonjolkan karakter Martina sebagai wanita yang suka bermanja-manja pada lelaki. Cerita yang dimulai dari penjemputan di bandara dengan segala deskripsi pendukungnya, mengantarkan ke beberapa tempat yang perlu dikunjungi dan berakhir mengantarkan ke hotel penginapan. Keesokan harinya Dewi mulai menuliskan penjemputan di hotel, berkeliling kota hingga mereka kembali ke Indonesia dan diantarkan ke bandara.
Kedua kalinya diulangi peristiwa yang serupa, Dewi menulis liburan Damar dan keluarganya di kota Ganca tepat setelah sesi liburan sahabatnya usai. Kali ini Dewi mengangkat keharmonisan keluarga tokoh utama dengan menyelipkan kembali penggambaran negeri Azerbaijan. Masih mirip dengan liburan sahabat Damar sebelumnya, Dewi menggunakan alur cerita yang tidak beda jauh, perjalanan, keseruan tempat wisata dan tentunya penjelasan tempat-tempat yang dikunjungi.
Dalam cerita ini, meski keduanya memiliki sajian yang berbeda tapi terasa membosankan, tidak ada klimaks yang membuat pembaca terpana di sana. Hanya kegiatan liburan yang terasa sangat biasa, niat mengumbar keharmonisan keluarga juga terasa hambar. Ibarat kita membaca buku yang pernah kita khatamkan sebelumnya. Rasanya ingin melompat-melompat dari bahasan yang tidak asik dan mencari bagian-bagian yang dapat menggugah gairah kita kembali.
Teknik penulisan yang terasa diulang-ulang malah justru membuat novel garapan Dewi ini menjenuhkan. Dua kejadian yang identik, disuguhkan secara berurutan dan mengambil sebagian besar isi novelnya. Meski penjelasan tentang latar tempat dalam cerita Janji di Tepi Lauh Kaspia sangat mendetail, namun itu justru mengalahkan cerita menarik yang hendak dipersembahkan Dewi.
Di awal cerita sungguh menarik klimaks yang dituliskan Dewi, sang tokoh utama yang masih terbelenggu pada cinta pertamanya. Penyelesaian masalah itu juga cukup unik, adalah saat Damar menemui cinta pertamanya tapi dia justru sadar bahwa wanitanya sudah bukan lagi miliknya. Cinta Wulan pada suaminya, menyadarkan Damar untuk menutup rapat-rapat kisah yang pernah mereka ukir di masa lampau.
Memasuki permasalahan berikutnya, saat Damar ditinggalkan istri tercintanya untuk selama-lamanya, kesedihan yang diukir Dewi terasa sangat tanggung. Dewi belum menuntaskan kesedihan Damar dan anak-anaknya, kesedihannya tidak sedahsyat peristiwanya. Belum juga kesedihannya berlarut-larut, Dewi malah keburu menjangkah ke tahun berikutnya dan memasukkan permasalahan yang baru. Setelah sepeninggalan istrinya, Martina datang kembali ke Baku dengan tujuan untuk merebut hati Damar. Ibarat kencing di samping rumah belum tuntas keburu kepergok pemilik rumah. Tanggung, kecewa, menyesal dan marah saling beraduk menjadi satu.
Kembali lagi Dewi belum tuntas menggarap adegan wanita penggoda yang menghampiri Damar. Penggodaan Martina hanya tercetak pada satu peristiwa saja, Dewi sudah mengganti topik dan menyajikan permasalahan yang lebih suram. Damar terpaksa menikahi Martina karena dia mengaku hamil. Tapi permasalahan yang lebih suram itu ternyata sangat-sangat tidak sesuai harapan, jika kita berharap menemukan kepelikan di sana. Usai pernikahanya yang tidak terlalu mendetail ide pokok itu dijelaskan, ending-nya Martina bosan menjadi istri Damar dan pergi begitu meninggalkannya. Dewi hanya menyuguhkan masalah kepribadian Martina yang tidak pas menjadi ibu rumah tangga, Dewi langsung memangkas klimaks itu dan menyelesaikan dengan perselingkuhan yang dilakukan Martina. Dan adegan terakhir novel ini juga terasa masih kurang dalam. Pertemuan kembali antara Damar dengan Wulan sangat sedikit penjelasannya. Dewi hanya menghabiskan sekitar 16 halaman saja untuk mengakhiri novel. Suasana yang penuh haru kurang mengena pada pembaca.
Jika dilihat secara keseluruhan novel karya Dewi Sumardi ini mirip sekali dengan sinetron TV yang sudah habis kontraknya namun masih panjang ceritanya. Atau mirip dengan FTV pagi yang terlalu lama menampilkan permasalahan hingga penyelesaiannya diringkas tanpa mempedulikan emosional penonton. Dewi menggunakan alur yang demikian untuk novel Janji di Tepi Laut Kaspia. Sangat disayangkan sekali, padahal banyak sekali kejadian-kejadian yang sangat menarik dan menjadi ciri khas dari novel ini tergantung tanggung begitu saja. Dewi justru lebih mengutamakan deskripsinya pada tempat-tempat eksotis di Azerbaijan. Mungkin tujuannya adalah lebih mengenalkan negeri yang menurutnya tidak banyak ketahui masyarakat Indonesia, daripada menguatkan alur cerita dan klimaks pada novel ini. Masih banyak klimaks yang belum tuntas dan penyelesaian yang kurang jelas.
Rugi rasanya menulis novel jika tulisan itu kebanyakan menceritakan tempat indah yang penulis kunjungi daripada menyusun cerita menarik yang dapat membuat pembaca terpesona. Setidak-tidaknya deskripsi tempat itu dilakukan karena di sana ada cerita menarik, bukan cerita yang dituliskan karena di sana terdapat tempat menarik yang dikiranya dapat mempesona pembaca. Karena sehebat apapun deskripsi tempat dan penjelasan lainnya itu hanyalah tulisan semata, dan tentu akan sangat bergantung pada imajinasi pembaca. Sedangkan cerita bernuansa kesedihan yang mendalam, kebahagiaan tiada tara atau nuansa memukau yang lainnya, itu akan membekas dalam ingatan pembaca.

Penulis : Lukmanul Chakim