Senasib (beda)penanggungan


Vokalpers_ Sabtu, 7 Agustus 2021 BEM UPGRIS mengadakan Diskusi Mahasiswa secara online via Zoom Meeting yang dihadiri kurang lebih 50 sampai 60 peserta dari bebagai kalangan mahasiswa UPGRIS, baik yang aktif berorganisasi maupun mahasiswa umum. Diskusi mahasiswa yang diadakan setelah adanya perdebatan singkat antara @kabinet.siluman dan beberapa akun pribadi di postingan BEM UPGRIS (1/8/21), ternyata memanglah diskusi rutin yang sudah terencana sejak awal periode kepengurusan BEM UPGRIS. Diskusi tersebut bukan semata-mata untuk memenuhi desakan dari kabinet siluman. “DISMAWA itu kita sudah melaksanakan ini yang kedua kali. Nah yang pertama itu telah dilakukan waktu awal periode. Dan yang kedua ini pun juga bukan karena munculnya kabinet siluman, tapi memang kita sudah planning-kan akan ada diskusi terbuka, diskusi mahasiswa bersama mahasiswa UPGRIS. Tapi memang dari pelaksanaannya mundur yang mana kita rencanakan pada bulan Juli akhir namun karena ada beberapa kendala akhirnya kita mundurkan yang terealisasi pada hari ini.” Pernyataan M Rizky Arfanda selaku Presiden Mahasiswa BEM UPGRIS.
Diskusi Mahasiswa yang bertemakan “Senasib Sepenaggungan” ini membahas aspirasi – aspirasi mahasiswa yang sudah direkap dari website E-Ramah milik BEM UPGRIS . Beberapa mahasiswa menuntut perbaikan sarana dan prasarana kampus agar ketika kuliah dilaksanakan secara offline sudah dapat digunakan dengan baik, permasalahan mahasiswa yang belum memiliki sarana penunjang kuliah dalam jaringan seperti laptop dan sinyal mahasiswa yang kadang tidak stabil, serta perpanjangan pembayaran angsuran. Dari semua aspirasi yang disampaikan di link E-Ramah BEM UPGRIS terjawab dengan baik serta aspirasi tersebut akan ditindak lanjuti oleh BEM UPGRIS. Namun, untuk perpanjangan pembayaran angsuran, BEM UPGRIS mengarahkan agar mahasiswa meminta perpanjangan waktu kepada Program Studi masing-masing agar nantinya diteruskan ke pihak lembaga. Dalam hal ini BEM UPGRIS tidak menindak lanjuti melainkan mahasiswa harus mengurus sendiri terkait perpanjangan UKT (Uang Kuliah Tunggal).
Beberapa pertanyaan lainnya muncul dari peserta DISMAWA, antara lain pertanyaan mengenai postingan kajian ilmiah (Publik Sudah Tidak Percaya “Pak Dhe” (Lagi)?) karena di pamflet tersebut BEM UPGRIS tidak menulisakan dengan jelas presentase apa yang dimaksud sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman. “Ini cuma tanya soal postingan kajian umum pada slide kedua itu kan ada beberapa point, yang point presentase 56,5% menjadi 43% itu penurunan soal apa, mungkin bisa ditambahin di pamflet itu presentase penurunan ekonomi atau ketidakpercayaan rakyat kepada Pak Jokowi. Ini bukan soal mengkritisi cuma saya mau menanyakan itu penurunan apa bisa dicantumin di pamflet biar orang yang hanya melihat pamflet itu bisa langsung paham.”, ujar Kevin peserta diskusi, pertanyaan mengenai tanggapan BEM UPGRIS tentang munculnya @kabinet.siluman dan protokol kesehatan yang kurang dipatuhi di lingkungan kampus juga ditanyakan dalam diskusi ini. Pertanyaan lain dilontarkan oleh mahasiswa FTI yang menanyakan kelanjutan dari agenda ngobrol santai dengan semua Ketua LEMAWA UPGRIS. Tak hanya itu, keresahan yang dialami LEMAWA UPGRIS karena harus bolak-balik ke lembaga guna pengajuan proposal kegiatan yang bahkan mendapat respon kurang baik dari lembaga pun diungkapkan oleh Ahmad Zahroni peserta DISMAWA. Ungkapan tersebut ditanggapi oleh Dandung Bagus yang mengatakan bahwa kewajiban untuk memfasilitasi termasuk juga pendampingan LEMAWA dan penyampaian aspirasi mahasiswa sudah tercantum dalam GBHO dan AD ART lemawa ormawa. Namun, disanggah lagi oleh Ahmad Zahroni sehingga menjadi perdebatan kecil yang juga menyinggung mengenai advokasi. “Seharusnya setiap LEMAWA memfasilitasi mahasiswanya untuk menyampaikan aspirasi, kalo di BEM FTI kita punya Departemen Advokasi, temen-temen yang pengen tau tentang realisasi aspirasi Mahasiwa FTI yang sudah ditindak lanjuti dari Departemen Advokasi BEM FTI bisa lihat di Instagram BEM FTI UPGRIS. Sekalian promosi kegiatan kita, workshop advokasi yang membahas tentang advokasi sosial masyarakat dan advokasi kemahasiswaan.”, Imbuh Dandung Bagus peserta DISMAWA yang mungkin juga itu merupakan sindiran yang ditunjukan untuk BEM UPGRIS.
Dari UKM KSR juga menyampaikan mengenai protokol kesehatan di lingkungan kampus yang masih sering dilanggar serta penolakan penyemprotan desinfektan. “Saya izin menyampaikan 2 poin saja. Yang pertama tentang protokol kesehatan, seperti yang tadi Mas Kevin sampaikan banyak mahasiswa kumpul di PKM tidak menaati protokol kesehatan. Contohnya yang terlihat di zoom anak BEM U di PKM masih tidak menggunakan masker. Perlu diingat, walaupun sudah vaksin, protokol kesehatan tetap dilaksanakan. Apa gunanya sosialisasi penanganan covid di luar? Sedangkan kalian sendiri tidak mematuhi prokes. Yang kedua tolonglah jangan terlalu mengurusi penanganan covid di luar kampus, lihatlah di dalam kampus masih belum tertangani dengan benar. Seperti halnya penyemprotan disinfektan yang masih menggunakan APD yang tidak mematuhi standar. Hanya menggunakan helm motor dan jas hujan plastik serta tidak menggunakan sarung tangan, karena itu sangat fatal. Sedangkan ada salah satu ORMAWA LEMAWA akan mengadakan penyemprotan sesuai standar akan tetapi ditolak. Tolonglah tangani penanganan covid di dalam kampus dahulu.”, ujar Isna dari UKM KSR. Pertanyaan ini dijawab oleh Menteri KEMENPORA BEM UPGRIS , yang berujung kampanye protokol kesehatan. Namun, sayang sekali Presiden Mahasiswa BEM UPGRIS hanya menertawakan pendapat Isna tersebut dengan alasan jika ia sedang berbicara tidak perlu memakai masker dan mereka sudah menjaga jarak antara satu sama lain.
Kesempatan terakhir bertanya dalam DISMAWA kali ini diberikan kepada Fajar Biru yang mana ia menyinggung adanya DISMAWA yang baru diadakan setelah adanya desakan dari @kabinet.siluman dan janji yang telah disampaikan oleh salah satu anggota BEM UPGRIS kepada mahasiswa “Dulu kan aku ikut HIMA, nah di HIMA ini ada yang namanya sesi sowan bersama BEM UPGRIS, nah mas-mas gemoy (aku lupa namanya) yang jadi pembicaranya ini dia berkata kalo sampai renggang sekian waktu nanti belum ada kejelasan keringanan UKT BEM UPGRIS akan mengancam lembaga akan menjual GOR UPGRIS untuk keringanan UKT Mahasiswa, yang saya tanyakan kejelasan dari hal tersebut apakah GOR UPGRIS sudah dijual? Akan sampai kapan.”, ungkap peserta DISMAWA dengan username Fajar Biru. Mahasiswa ber-username Fajar Biru tersebut juga mengatakan pertanyaannya tidak ingin dijawab di forum melainkan di feeds instagram BEM UPGRIS agar semua mahasiswa dapat melihat. Selain itu Fajar Biru juga mengatakan “Mohon maaf sekali ya, Mas, tolong jangan ditangkap karena saya mengatakan ini.”. Pernyataan tersebut mengingatkan kita pada caption instagram @kabinet.siluman yang mengatakan bahwa tidak ada ruang aman, jaminan aman, dan rasa aman untuk mereka menyuarakan suaranya. Benarkah demokrasi mahasiswa UPGRIS terepresi oleh kalangan tertentu?. Kami dari pers mahasiswa juga mendapat perlakuan yang dapat menguatkan hal tersebut. Salah seorang reporter kami mencoba meminta dengan baik rekaman dari kegiatan tersebut, dengan respon yang sedikit lama salah seorang anggota BEM U tidak langsung mengiyakan permintaan kami.
[7/8 10.27] Reporter: Assalamualaikum
Selamat pagi kak, perkenalkan aku w**** dari vokalpers. Kak nanti aku mau minta record dismawa ini bisa ya kak?
[7/8 11.55] Reporter: Hallo mas y***?
[7/8 12.31] Anggota BEM U: Waalaikumsalam, iya sekalian ketemuan bisa gak mb?
[7/8 12.33] Reporter: Ketemuan mau ngapain mas?
[7/8 12.34] Reporter: Aku minta rekamannya aja mas, untuk bahan tulisan. Selebihnya kalo ingin ketemu untuk kepentingan apapun boleh direncanakan dulu mas
[7/8 12.36] Anggota BEM U: Soalnya harapan saya itu bisa ketemu dlu kak biar ada obrolan dlu
[7/8 12.36] Reporter: Obrolan tentang?
[7/8 12.37] Reporter: Mas aku lagi di pekalongan saat ini, jadi gabisa ketemu. Atau aku kasih wa pemimpin redaksiku aja po?
[7/8 12.38] Reporter: Atau ga ngobrol secara virtual aja mas
[7/8 12.42] Anggota BEM U: Baik mb nnti saya kirimkan record a, mungkin untuk obralan a bisa lain waktu ya mb
[7/8 12.42] Reporter: Oke siap kak, makasi ya
[7/8 12.43] Anggota BEM U: Ya mb sama-sama
Alih-alih langsung memenuhi permintaan kami, salah seorang anggota BEM U justru mengajak kami bertemu. Kejadian ini menguatkan dugaan @kabinet.siluman bahwa tidak ada ruang aman, jaminan aman, dan rasa aman untuk mereka menyuarakan suaranya. Benarkah ada tindak represi terhadap mahasiswa yang ingin bersuara?. Belum ada bukti jelas akan hal itu, tapi dua fakta di atas dapat menjadi landasan dugaan yang mengarah ke represi. Namun hingga hari ini belum terdengar kejadian represi di lingkungan UPGRIS, dan semoga itu tidak lebih dari sekadar dugaan kosong semata.
Kegiatan DISMAWA ini berakhir sekitar pukul 11.30 WIB. Diakhiri dengan pertanyaan Fajar Biru mengenai tindak lanjut pelecehan seksual yang pernah terjadi pernah terjadi di Gedung Utama UPGRIS dan menerima respon baik dari BEM U dan akan ditindak lanjuti.
“Untuk puas atau tidaknya ya masih ditengah2, kurang puasnya dalam prokesnya walaupun sudah disampaikan tetapi masih ada beberapa anak BEM U yang tidak menggunakan masker walaupun mereka sedang tidak berbicara. Untuk penyemprotan sendiri ya cukup puas karena BEM U sendiri mengajak kerjasama, masih mau ditindak lanjuti, tinggal lihat hasil nantinya aja.” ujar Isna peserta DISMAWA yang sempat kami hubungi melalui WhatsApp.
“Aku puas sih karena udah bisa berpendapat dan bisa didengar sebagian dari mahasiswa. Gak puas ku DISMAWA tadi isinya cumak pembelaan, sama permintaan maaf aja dari BEM setiap kritik, terus mereka menjawab nya diluar konteks terus apa yang menjadi pertanyaan dan kritik mahasiswa umum” ungkap Fajar Biru, peserta DISMAWA.
Mengenai kesinambungan antara kegiatan diskusi mahasiswa dengan tema yang diangkat kali ini “Senasib Sepenanggungan” juga dinilai kurang sesuai dengan realita yang terjadi.
“Oh tentu saja, belum dong. Di awal pihak bem u menjelaskan bahwa dismawa kali ini membahas seputar aspirasi mahasiswa, tp kenyataan nya tidak hanya membahas seputar itu, kabinet siluman pun ikut di singgung, itu kan sudah keluar topik. Seharusnya pihak bem u menekankan bagaimana solusi dari aspirasi aspirasi mahasiswa yg belum terealisasi. Dan waktunya pun sangat terbatas, ini yg sangat saya sayangkan. Belum ada titik temu aspirasi nya mau di gimana in, tp sudah selesai dulu waktunya. Kan percuma di adakan diskusi semacam itu.” Ucap Dandung Bagus Mahasiswa FTI UPGRIS.
“Kalo senasib sepenanggungan sih kurang tau juga, soalnya pembahasan didalam kan random, dari bahas postingan, akun kabinet siluman, ukt, infrastruktur kampus, jadi kalo disorot dengan tema senasib sepenanggungan itu pada pembahasan yg mana? Kalo dari pembahasan ukt ya mungkin jawaban dari bem u yang tak inget hanya bisa memberi kelonggaran waktu yg bisa dikoordinasikan pada prodi masing masing kalo jawabannya seperti itu kalo menurut saya blm bisa disebut senasib sepenanggungan, tapii acara tadi of course sangat bagus sih karna pihak bem u sudah menyiapkan wadah aspirasi mahasiswanya” imbuh Kevin, peserta DISMAWA.
Reporter : Asri Widiastuti, Roro Qothrin Nida
Penulis : Asri Widiastuti
Editor : Roro Qothrin Nida, Maulana Lukmanul Chakim