Hingar Bingar Kontestasi Politik Mahasiswa

Pemira (Pemilu Raya) merupakan hajatan setahun sekali yang diselenggarakan oleh Universitas PGRI Semarang untuk memilih presiden mahasiswa baru. Pemira 2021 digelar secara online melalui Si Mekar UPGRIS yang resmi dibuka pada 3 Desember 2021 dan berlangsung hinggal tanggal 5 Desember 2021. Pada pemira kali ini mahasiswa diwajibkan untuk memilih pasangan Presiden Mahasiswa, DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa) dan LKM (Lembaga Keuangan Mahasiswa). Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, pada Pemira kali ini mahasiswa terbagi menjadi beberapa kubu, diantaraya aktivis dan mahasiswa “bodo amat”. Aktivis dengan kencang melantangkan Pemira, mengadakan kampanye, memasang baliho paslon andalan mereka di sekitar kampus, memasang stiker paslon jagoan mereka, serta meneriakan larangan golput. Sedangkan mahasiswa “bodo amat” tetap bodo amat dengan keadaan apapun yang terjadi di kampus, bahkan pada Pemira 2021 ini terbilang banyak mahasisiwa yang tidak tahu akan memilih siapa dikarenakan tidak mengenal satupun dari calon–calon yang fotonya terpampang di website pemira.upgris.ac.id. Namun, walaupun begitu mahasiswa benar-benar diharuskan memilih oleh pihak kampus, sebab akses menuju SPADA, SIA, SIP dan beberapa laman lainnya yang berada di Si Mekar dibatasi, hanya mahasiswa yang sudah memilih yang bisa menggunakan laman kuliah yang tersebut. Dengan begitu mahasiswa terpaksa memilih saat itu juga tanpa pikir panjang demi bisa mengikuti kuliah dan bisa presensi di SPADA. “Terpaksa si, milihnya juga asal klik, terburu-buru mau presensi waktunya mepet terus nggak bisa buka SPADA kalo belum milih, jadi asal aja soalnya nggak kenal semua jadi milihnya yang ganteng aja deh,” ujar Ulya, Mahasiswa Pendidikan Matematika UPGRIS (03/12/21). Beberapa mahasiswa mencoba mengubungi kontak yang tersedia di laman tersebut melalui chat, dan dijawab bahwa tidak diharuskan, hanya disarankan saja untuk menggunakan hak pilihnya. Namun, sama saja jika SPADA tidak bisa dibuka tanpa memilih terlebih dahulu, jadi pilihannya hanya membolos kuliah atau menggunakan hak pilih.
Selain kubu aktivis dan mahasiswa ‘bodo amat’, tahun ini terdapat beberapa keunikan yang dibuat oleh mahasiswa UPGRIS. Munculnya akun instagram anonim yang bernama @threesome3oke menyindir paslon 1 dan 2 dengan menyatakan diri menjadi paslon 3. Entah mahasiswa UPGRIS mana yang membuat satire dengan membagikan poster paslon 3 disertai dengan foto tiga orang yang menyamai poster milik paslon 1 dan 2, namun bukannya meneriaki jangan golput paslon 3 ini justru meneriaki untuk golput. Dengan jargon ‘Threesome Oke’ dan tagline “Kami hanya bisa berjanji, tak sanggup menepati,” terlihat jelas bahwa sebenarnya orang di balik akun anonim tersebut tidak percaya dengan janji-janji yang digaungkan oleh masing-masing paslon. “belajar dari tahun tahun sebelume sama sama berjanji dan sama sama tidak terealisasi jadi untuk mengantisipasi kekecewaanku pribadi munculah tagline itu, karena tagline itu yang lebih jujur daripada mereka,” ungkap pemilik akun instagram @threesome3oke melalui DM Instagram.

Selain membuat poster yang diviralkan di kalangan mahasiswa UPGRIS melalui Whatsapp dan membuat akun Instagram, mereka juga memasang stiker di dekat stiker paslon 1 dan 2 di area kampus 1 UPGRIS dengan ukuran yang lebih besar dari pada milik paslon yang asli. Munculnya paslon 3 tersebut semakin memeriahkan Pemira 2021 dengan percikan-percikan api persaingan dari beberapa pihak membuat suasana menjadi semakin panas. Namun tim sukses dari kedua paslon tetap terlihat akur bahkan kedua paslon tidak menampakkan diri di sekitar kampus.
Adanya Pemira ini menjadi sebuah momen yang membuat aktivis menjadi semakin aktif dan terlihat berbeda dengan mahasiswa yang bukan aktivis atau biasa disebut ‘mahasiswa kupu-kupu’ karena mereka cenderung tidak ikut campur tentang Pemira. Namun, bukan berarti mereka adalah mahasiswa yang apatis terhadap segala hal, beberapa diantara mereka malah justru memikirkan hal yang tidak terpikirkan oleh mahasiswa aktivis, seperti menjadi penggerak literator. Tepat pada tanggal 3 Desember 2021 pukul 15.00 WIB, beberapa mahasiswa menggelar lapak baca di taman GP (Gedung Pusat) UPGRIS. Lapak baca tersebut bukan termasuk kampanye dari paslon 1 ataupun 2, namun lapak baca ini digelar oleh komunitas mahasiswa ‘kupu-kupu’. Namun, sayang sekali lapak baca tersebut
hanya buka sebentar dikarenakan keadaan kampus yang sepi, tidak ada mahasiswa yang berlalu lalang di sekitarnya. Sehingga penggiat literator tersebut akhirnya memilih untuk mengemasi buku-bukunya dan akan datang lagi pada lain hari dengan memilih hari yang sekiranya lebih ramai sehingga tujuan dari diadakannya kegiatan tersebut dapat tersampaikan ke mahasiswa UPGRIS. “Tujuan utamanya agar literasi di kalangan mahasiswa UPGRIS setidaknya sedikit meningkat, kita menyediakan buku untuk siapa aja yang mau membaca. Selain itu tujuan lain diadakannya kegiatan ini adalah untuk memberikan statement bahwa mahasiswa kupu-kupu tidak selalu identik dengan hal yang malas-malasan, kita bisa membuat kegiatan yang bersifat literatur dan kegiatan positif lainnya tanpa perlu terikat embel2 organisasi atau lembaga,” ujar Yasin, komunitas mahasiswa kupu-kupu penggiat literator (03/12/21).
Harapan setelah Pemira 2021 selesai yaitu semoga tidak membuat jarak dalam circle pertemanan mahasiswa UPGRIS walaupun beda pilihan. Siapa pun paslon yang terpilih semoga dapat berlaku adil untuk semua mahasiswa tanpa membedakan satu sama lain.
Penulis : Asri Widiastuti
Editor : Roro Qothrin Nida