Imbas Penembakan Gas Air Mata dalam Demo Penolakan Perpu Ciptaker bagi Pedagang Kaki Lima

Disahkannya Perppu Ciptaker pada 30 Desember 2022 mengakibatkan adanya aksi unjuk rasa lanjutan oleh beberapa elemen masyarakat dan mahasiswa di depan Gedung DPRD Jawa Tengah (13/04/2023). Banyaknya pasal yang dirasa tidak tepat sasaran menjadi penyulut adanya sumbu aksi demonstrasi kali ini
Namun, demonstrasi menjadi tidak kondusif ketika masa aksi mencoba merobohkankan pintu gerbang gedung DPRD Jawa Tengah. Untuk memukul mundur masa, aparat kepolisian menembakkan gas air mata ke masa aksi, alhasil masa pun berlari ada yang menuju Taman Indonesia Kaya, dan sebagian mengamankan diri menuju Universitas Diponegoro (Undip) untuk mengamankan diri.
Tapi, tidak hanya pendemo dan warga sekitar saja yang terdampak efek gas air mata, namun juga pedagang kaki lima yang sedang berjualan di sekitar lokasi pun ikut terdampak. “Kulo tadi lari ke sana. Dimasukan ke dalam mobil yang jual nasi kucing itu,” ujar Tasmi selaku pedagang lontong sate di pinggir jalan Pleburan.
Dirinya menuturkan bahwa efek yang dirasakan dari gas air mata sangat pedas sekali. Ia rela meninggalkan dagangannya untuk mengamankan diri dengan berlari masuk ke dalam mobil pick up yang tidak jauh dari tempatnya berdagang.
Hal serupa pun dialami oleh Slamet selaku penjual es dawet keliling. Ia lekas mengamankan diri dengan cara menutupi wajahnya dengan kedua tangan yang dibaluri es batu di dalamnya. “Saya ketika melihat kondisi tidak kondusif langsung antisipasi mengamankan diri,” tuturnya.
Slamet sudah pernah mengalami hal demikian, jadi ia sudah tahu bagaimana cara mengamankan diri agar efek gas air mata tidak terlalu parah. Ya, meskipun keadaan sedang ricuh aparat bisa meminimalisir penggunaan gas air mata untuk memecah kericuhan karena, efek penggunaan gas air mata bisa menjalar ke berbagai tempat.
“Ya lihatlah kondisi. Kita semuakan jadi terdampak,” tambah Slamet.
Penembakan gas air mata merupakan kali pertama yang dirasakan oleh Muhammad Adam, pedagang kaki lima di sekitar lokasi demonstrasi. Oleh karena itu, ketika penembakan gas air mata ia terkena efek yang cukup parah, sampai menyebabkan matanya merah, perih, dan terus-menerus berair.
“Perih. Saya tetep di sini jagain dagangan gak lari-lari ke mana,” rintihnya.
Tempat ia berdagang tak jauh dari Slamet hanya berjarak kurang lebih 5 meter. Namun, efek yang dirasakan oleh Muhammad Adam lebih lama karena ia belum pernah mengalami ini sebelumnya dan ia tidak tau bagaimana cara meredakan efek gas air mata. Dapat dikatakan bahwa efek dari gas air mata bisa mencelakakan bagi orang awam seperti Muhammad Adam yang tidak pernah mengalami peristiwa ini.
Penulis: Radit Bayu Anggoro
Editor: Eka Noor Yuniasari